Saturday, November 27, 2010

Dokter Tulang

Fiuhh akhirnya aku ke dokter tulang, di Bandung ke dokter tulang, di Semarang ke dokter tulang dan sekarang di Jakarta ke dokter tulang. Inilah akibat dari penyakit kambuh disembarang tempat dan diwaktu yang tak terduga, akhirnya ganti dokter terus. Kali ini karena kemaren sakitnya ampun ampunan bahkan buat bergerak kecil aja sakit akhirnya Senin pagi aku ke dokter, relakan bolos kuliah dulu ke dokter. Tiga minggu sebelumnya aku sempat ke dokter tulang untuk memeriksakan lututku, karena lututku yang bermasalah.

Tiga minggu yang lalu rencana awal adalah aku ke rumah sakit, ternyata kakakku mendapat rekomendasi dokter tulang dari temannya yang orang Jakarta, katanya di Tanjung Duren ada dokter tulang sekaligus shinsei yang bagus. Akhirnya aku batalkan ke rumah sakit dan memilih ke dokter tersebut. Lama mencari-cari alamatnya ternyata susah alamatnya untunglah ada FourSquare yang sangat membantu tinggal cari klinik dr. Lay dapat deh petanya. Aku ke rumahnya namun sayang baru mulai praktek jam 5 sore, karena sekarang sudah jam 3 dan hujan daripada ditinggal pergi kemana dulu nantinya akan lama dan malah macet, akhirnya aku dan kakakku menunggu di mobil hingga jam 5 sore. Begitu jam 5 sore aku turun dan langsung berobat. Benar saja disini yang dilakukan setelah memeriksa ku adalah pijat. Ternyata mengapa lututku sakit adalah sambungan dari sakit pinggang, lantas aku dipijat diseluruh badan terutama dibagian pinggang dan kaki. Astaga rasanya.... bahkan untuk teriak saja ampun sakitnya. Setelah selesai dipijat aku diterapi tarik, wow seluruh tulangku dari kepala hingga kaki bunyi semua. Setelah dari dokter itu beberapa minggu setelahnya semuanya menjadi jauh membaik dan aku mulai beraktivitas lebih normal lagi.

Namun siapa sangka di hari yang namanya acara kampus MAKRAB dan aku adalah salah satu panitianya sakit pinggangku kambuh dan menjadi-jadi, sepulang dari Makrab ketika esokan harinya aku akan ke Gereja astaga badan ini benar-benar tidak bisa bergerak, bergeser sedikit saja sakit, bangun dari tempat tidur saja luar biasa sakitnya dan butuh pengorbanan yang sejadi-jadinya. Ampun dah aku, akhirnya seperti yang aku ceritakan di blog ku sebelumnya aku menelpon dokter dan dokter bilang untuk di kompres dulu baru keesokan harinya menemui dokter tersebut. Nah keesokan harinya aku sudah tidak tahan dan akhirnya pagi-pagi jam 8 aku pergi dengan taksi untuk ke alamat praktek dokter yang di Permata Buana. Sebenarnya aku sedikit bingung karena dikartu nama tersebut ada 4 lokasi, karena saat tiga minggu yg lalu ketika kakakku menelpon untuk menanyakan alamat pastinya dia mengatakan bahwa alamat prakteknya di Permata Buana maka aku memutuskan untuk pergi ke Permata Buana itu.

Alangkahnya sedikit sialnya, supir taksi yang aku gunakan tidak tau jalan jadilah lama baru aku sampai ke dokter tersebut. Sampai di dokter aku antri bersama orang-orang yang sudah mengantri sebelumnya. Yang memalukan adalah aku yang paling muda dengan penyakit yang hampir sama dengan mereka yang mengantri (huaaa... hiks hiks), sembari menunggu mulailah kami bercerita-cerita ternyata dokter yang sekarang aku datangi adalah perempuan, berbeda dengan yang 3 minggu lalu aku datangi yang laki-laki lalu aku diberitahu bahwa ini adalah adiknya yang di Tanjung Duren. Jadilah aku bingung karena kemaren yang aku telpon adalah yang di Tanjung Duren. Setelah aku berpikir dan melihat keterbatasan waktu tidak mungkin untukku pindah ke Tanjung Duren karena jam praktek sang kakak sudah akan habis, jadilah aku turut mengantri di sana. Keduanya namanya sama dr. Lay itulah yang membuatku bingung dan keduanya ternyata sama-sama mewarisi ilmu shinsei dari orang tuanya dan sama-sama kuliah di kedokteran lagi.

Akhirnya tibalah giliranku, dokternya cantik dan masih muda tapi jangan tanyakan kekuatannya. Dari cerita yang aku dapat di luar semua mengatakan bahwa meski perempuan tapi saat memijit wow kuat sekali, dan benar saja selain mendapat akupuntur aku juga merasakan pijitan meski sedikit berbeda dengan yang dilakukan di Tanjung Duren tapi harus kuakui bahwa kekuatannya mantap, dan tetap saja sakitnya ampun deh... Jangan hanya dilihat dari fisiknya yang cantik, ramah dan tampak seperti lemah lembut namun saat sedang menterapi tetap saja.... Dokter menyarankan aku agar istirahat alias bed rest dulu sementara, dan aku diberi obat penahan sakit dan hari Sabtu aku diminta untuk kontrol. Rencanaku adalah aku akan masuk kelas yang siang namun ternyata sakitnya ampun ampunan akhirnya kubatalkan niatku untuk ke kampus dan memilih tidur di kost sesuai saran dokter, namun esokan harinya aku harus masuk karena aku ada ujian.

Ternyata keesokan harinya sedikit berkurang rasa sakit ini setidaknya aku sudah mulai bisa bergerak dari kasur, luar biasanya adalah ketika aku duduk lama atau berdiri lama karena ternyata sakitnya sudah merambah ke kaki. Ketika aku duduk terlalu lama pinggang ini sakit dan ketika berdiri kaki kananku serasa tertarik sehingga sakit untuk diluruskan. Wew... ternyata menderitanya sungguh ngga ada akhir. Seminggu aku bertahan dan tibalah hari Sabtu. Kembalilah aku ke dr. Lay ini. Sekali lagi aku diterapi dipijat dan diakupuntur. Dr bilang kalo sudah tidak sakit atau sudah berkurang ya sudah tapi kalo masih sakit lagi balik lagi hari Sabtu. Hmmmm.... Sebelumnya dulu aku pernah dikira oleh dr yang lain aku sakit HNP dan butuh operasi, lalu aku sekalian berkonsultasi sedikit dengan dr Lay tentang hal ini dan katanya aku hanya terkena LBP dan tidak perlu ada operasi dan mengenai masalah lututku ternyata ini semua ada kaitannya dengan masa kecilku yang ternyata kakikku cenderung berbentuk X, tapi sayang terlambat dan benar sudah terlambat dan harus kuterima dengan apa adanya. Dulu dr di Semarang mengatakan bahwa suatu hari aku pasti akan membutuhkan operasi untuk lutut ini, dr Lay bilang sudah terlambat dan tidak perlu dioperasi karena seharusnya perbaikan ada pada saat aku masih kecil. Saat aku kecil memang aku sudah dipakaikan sepatu besi untuk meluruskan lututku tapi karena sakit dan orang tuaku tidak tega jadilah semua terapi dihilangkan.

Sedih rasanya, tapi siapa yang harus disalahkan? Semua salah ada padaku seandainya dulu aku tidak menolak dan tidak terus menangis pasti orang tuaku tidak akan merasa sedih dan tidak tega sehingga mereka akan melanjutkan terapi. Sekarang kata dr Lay jalan yang tersisa untukku adalah berhati-hati, resiko cederaku akan sangat tinggi terutama pada jalan yang berat, lari, jalan di area tidak rata, naik turun tangga semua pekerjaan berat dan membebani tubuh akan menjadi momok bagi lutut dan tubuhku, dan ada kemungkinan ketika itulah lututku sakit dan akhirnya merambah naik hingga pinggul dan pinggang. Setiap kali aku mengingat itu semua rasanya aku Cuma ingin menangis dan memutar balik waktu untuk mengatakan pada orang tuaku "Meski aku menangis sekeras-kerasnya aku mohon paksa aku untuk memakai sepatu besi itu, jangan pedulikan tangisan dan teriakanku, ini untuk kebaikanku sendiri kalian harus tega". Setiap aku bertanya tidak adakah jalan lain, apakah benar aku harus dioperasi, dr Lay Cuma mengingatkanku untuk tidak memikirkan semua itu dan janganlah berpikir dan mengatakan itu semua karena Mulutmu adalah Kuasamu, apa yang kamu katakan adalah apa yang akan terjadi karena itulah yang diterima otakmu. Saran terakhir dari dr Lay untukku adalah :

  1. Jangan beraktivitas berat, treadmill, lari, naik turun tangga, jongkok berdiri, dan semua olahraga yang membebani lutut, berolahraga yang memperkuat betis dan paha cukup. Dan olahraga yang paling dapat kulakukan adalah RENANG hanya itu
  2. Menjaga berat badan,hmmm artinya aku harus mulai diet ini karena aku tergolong overweight
  3. Gunakan sepatu atau sandal yang sangat nyaman
  4. Tidak boleh terlalu lama duduk atau berdiri
Ya itulah semua yang sekarang harus aku tanamkan dalam otakku untuk memperbaiki hidupku dan agar aku tidak perlu lagi kembali ke dr Lay dan semua dr tulang yang ada. Meski dr Lay baik dan sangat membantu tapi aku tidak mau sakit lagi jadi aku harus mulai memperbaiki pola hidupku!

Terima Kasih untuk kedua dr. Lay

Friday, November 26, 2010

Maksud Hati Baik Namun Menyakitkan

Hari ini, aku bertengkar dengan temanku yang sebenarnya sangat baik dan meski kami baru kenal dekat sejak kuliah di Jakarta ini tapi kuakui dia sangat baik dan telah banyak membantuku. Alasannya?? Sangat sepele, aku memang sedang dalam pemulihan dari sakit pinggang dan lututku itu, hari itu kami semua akan menonton bioskop, namun entah apa yang ada diotaknya dengan lantang dan dengan tampangnya yang menyebalkan dia mengatakan "Lu pulang ajalah sana, ngeliat lu bikin males udah kaya orang mati" entah apa pula yang ada diotakku, bagiku kata-kata itu sudah seperti setan disiang bolong apalagi aku baru saja mengingat akan kemungkinanku jika benar ini HNP dan harus dioperasi dan jika gagal adalah cacat yang aku selalu mengingatkan kediriku bahwa jika harus cacat lebih baik aku mati, sekarang saat aku sedang dalam kondisi seperti ini tiba-tiba teman yang hari awalnya menawarkan bantuan malah bukannya mendoakan sembuh malah mengataiku mati. Apalagi karena nenek ku harus pergi menyusul mamaku setelah operasi lutut. Disamping itu apalagi di hari Makrab Jumat minggu lalu aku sudah terlanjur sebal dan kecewa dengan dia, karena aku adalah koordinator dekorasi dan aku meng-outsource dekorasi tersebut namun orangnya datang terlambat, dan ketika aku sedang ke rumah sakit untuk mencari penahan rasa sakit yang dia lakukan adalah mengatakan dan mengkoar-koarkan bahwa orang ini akan menipu dan nantinya dia harus ke Carefour untuk berbelanja dekorasi di hari H. Bagiku itu salah satu penghinaan pula, kenapa tidak langsung bilang ke aku tapi harus mengumbarnya di kelas di semua orang??!!! Padahal aku berusaha dengan segalah upaya dari mulai mencari telpon hingga pergi melihat ke dekorator hanya karena dia tidak percaya (awalnya dia mau ikut tapi kenyataannya tidak muncul batang hidungnya). Dan keadaanku menjadi lebih buruk karena acara sial itu.

Jadilah seketika itu juga mood ku anjlok dan benciku menjadi mendarah daging, yang awalnya aku berminat untuk ikut tapi karena dia adalah salah satu pesertanya, amit-amitlah untuk ikut untuk liat mukanya saja ingin rasanya aku memukul dan berdoa bahwa dia yang akan menjalani hidup seperti orang mati. Belum selesai itu semua masih harus ditambah masalah acara Marketing yang sangat merepotkan dan tidak ada kejelasannya semakinlah hariku menjadi buruk. Kebencian, bad mood dan ditambah pusingnya semua ketidak jelasan ini menjadikan puncak amarahku berada di batas yang maksimum. Kuputuskan untuk pulang dan lebih memilih beristirahat jauh dari semua orang-orang yang membuat hidupku semakin buruk.

Keesokan harinya, ada acara Kaderisasi di kampus, aku tidak tau mungkin karena dia memang orang yang cuek dengan santai nya dia datang dan mengoceh dan entah karena benciku yang masih sangat-sangat besar, refleks aku pergi saat dia mendekat dan menjauh saja. Ternyata dia minta pada salah satu teman kelasku untuk menanyakan apa salahnya. Akhirnya aku mengatakan pada temanku itu, dia bilang itukan hanya bercanda aku tau jika saat itu aku juga tidak sedang sakit dan memang mau mati, aku tidak akan sakit hati tapi seharusnya dia tau kapan saatnya dan tidak perlu mengatakan hal itu, kalau memang tidak mau aku ikut tidak perlu bicara seperti bilang saja jujur aku akan menerima itu jauh lebih baik. Ditengah acara dia datang dan meminta maaf dan menjelaskan bahwa dia tidak mau aku ikut karena tidak ada yang akan mengantar pulang. Sekali lagi ini sungguh sesuatu yang bagiku adalah penghinaan dan sesuatu yang sebenarnya baik karena menunjukan bahwa dia care namun sekali lagi yang harus diingat adalah aku bukan orang yang suka memanfaatkan teman alias aku hanya berteman karena ada yang mengantar pulang, ada yang akan inilah itulah. Menurutku itu sesuatu yang aneh dan menjijikan jika sampai dia berpikir demikian karena sepanjang aku kenal dengannya tidak pernah aku meminta bantuan untuk hanya menebeng atau apapun, aku tidak akan menumpang jika tidak ditawari jadi seharusnya tidak ada pikiran semacam itu.

Tapi ya sudahlah, karena dia berpikir seperti itu sekarang saatnya aku juga mulai berpikir demikian, karena aku masih membutuhkan dia untuk kelangsungan tugas akhirku, mungkin memang inilah yang ingin diingatkan oleh Tuhan bahwa semua orang pasti memang ada manfaatnya, lagi pula dia sudah cukup membantu selama masa kuliahku satu setengah trimester disinilah aku harus melupakan kesalahan dan lebih banyak mengingat kebaikan saja. Semoga saja dia mulai tau untuk menjaga mulutnya, dan mengingat bahwa Kata-Kata Adalah DOA sehingga hal sepele ini tidak lagi terulang.

Untukku inilah waktunya untuk lebih berpikir positif , belajar untuk FORGIVEN & FORGOTTEN.

 

Kadangkala Maksud Baik Akan Menjadi Buruk Ketika Penyampaiannya SALAH

Thursday, November 25, 2010

Segenggam Garam

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.

"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa...

Sunday, November 21, 2010

Sakit Pinggang

Entah sejak kapan aku mempunyai masalah dengan pinggang ini, yang pastinya ini sudah ke-empat kalinya penyakit ini kambuh dan benar benar menyiksaku. Bahkan untuk bergerak saja aku sulit. Ingin rasanya pinggang ini kulepas sesaat agar bisa kulihat apa yang membuatnya sakit. Apakah hanya karena kecapean??? Rasanya ini benar benar tidak sebanding dengan rasa capek ku kemarin, ini sangat menyiksa apalagi ditambah besok aku harus kuliah dan ujian pula astaga Tuhan tolong aku. Rasanya aku ingin menangis sakit sekali ini Tuhan. Apalagi aku sendirian, jauh dari rumah bahkan tidak ada orang yang membantuku untuk beraktivitas, aku benar benar berharap ini berakhir atau lebih baik diakhiri semua saja sekalian.

Aku memberanikan diri menelpon dokter, tapi sayang ia benar-benar sedang tidak dapat membantu hanya menyarankan dikompres dengan es batu dan besok pagi ke klinik. O Tuhan aku sudah tidak sanggup, akhirnya aku mencari tukang pijat tapi ternyata tidak membantu meski aku sudah berusaha menahan sakitnya. Sakit ini bahkan tidak berkurang sedikitpun. Menggerakan tubuh walau hanya untuk bergeser saja rasanya sakit minta ampun, apalagi saat harus bangun dari tempat tidur aku harus merambat untuk bisa menegakkan badan ini.

Berkali-kali aku hanya berpikir mengapa harus aku yang merasakan penyakit ini, apa sebenarnya masalah yang membuatku terkena penyakit ini?? Dulu dokter bilang karena terlalu banyak duduk, lantas aku sudah menguranginya tapi mengapa tetap saja penyakit ini datang lagi dan lagi.

Aku ingin pulang ya Tuhan aku tidak mau sakit lagi seperti ini, aku mohon Tuhan jauhkan aku dari penyakit ini, aku benar benar sudah putus asa

Pshycologycal Test

Beberapa hari yang lalu, aku akhirnya mendapat hasil tes psikologi saat aku tes masuk di sekolah ku ini. Hasilnya tidak jauh berbeda dari yang aku bayangkan meski sedikit menyakitkan. Aku senang karena :

  1. Tidak ada keadaan yang di luar ekspektasi
  2. Ternyata hasil dari EPPS ku menunjukan aku berada di daerah tengah-tengah saja (mayoritas berakhir di 5-6)
  3. Sedikit bangga karena di bagian peran pemimpin hasilnya cukup lah 7
  4. Hasil Pauli tes menunjukan cukup stabil
  5. Hasil psikotes menunjukan hasil yang bagus di Angka, Analitikal dan Daya bayang

Tapi tidak semua menggembirakan ada beberapa yang cukup membutuhkan penerimaan dan improvement :

  1. Kemampuan untuk mengikuti otoritas 1 (wow artinya aku bukan orang yang akan setia dengan otoritas, hmmmmm )
  2. Kemampuan dan kebutuhan bersosialisasi hanya 4 yang didukung dengan kemampuan mengungkapkan perasaan dan assertiveness ku yang hanya 4. (wew ternyata memang sulit untukku mengungkapkan apa yang kurasakan, berkali kali dicoba berubah, memberanikan diri tapi memang berakhir dengan diam).

Menjadi pribadi tertutup dan tidak berani mengungkapkan pemikiran dan perasaan bukanlah yang kucita-citakan, tapi entah mengapa meski aku terus berusaha merubahnya selalu diakhiri dengan kembali tidak berani lagi. Bahkan untuk mengajukan pertanyaan di kelas saja aku tidak berani, padahal berguna untuk nilai akhirku, meminta bantuan saja aku takut. Tampaknya perjalanan untuk membuka diri ini akan sangat panjang...