Monday, November 23, 2009

Dibalik Kisah Seorang Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
I love you dad..

Saturday, November 7, 2009

Kaca, Teman dan Akhir

Layaknya kaca,
Akan lebih baik jika membiarkan ia pecah ketika memang sudah retak
Daripada nantinya ia akan menyakiti diri sendiri
Begitu pula dengan berteman, bersahabat
Sekuat dan sesabar apapun segalanya ada batasannya
Ketika batasan itu telah terlampaui akan lebih baik membiarkannya berlalu
Daripada memaksakan dan bertahan namun hanya luka yang akan ditorehkannya


Sebuah analogi yang seringkali benar menganalogikan persahabatan dengan kaca. Keduanya dapat menjadi abadi namun dapat juga menjadi rapuh. Ketika kaca itu pecah pecahannya akan memberikan luka dan kesedihan pada si empunya. Jika masih dapat disatukan akan disatukan namun ketika retak dan pecahannya terlalu dalam akan lebih baik menyapu pecahan itu sebelum akan menyakiti si empunya dan orang lain. Agar kaca ini tak pecah haruslah kita menjaganya, membersihkannya dengan kelembutan dan terkadang memberikan tempaan yang cukup keras sesuai dengan batasannya sehingga kaca ini dapat tetap bersih dan kokoh.

Sama halnya dengan bersahabat ataupun membina hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut dapat menjadi selamanya namun dapat juga rapuh dan berakhir. Ketika hubungan ini telah terlampau banyak di penuhi pertengkaran, kesalahpahaman, perbedaan yang tak dapat disatukan maka akan lebih baik jika merelakan hubungan itu berakhir, memaksakan mempertahankan hubungan yang memang tak dapat disatukan lagi hanya memberikan beban dan luka yang semakin dalam terlebih bagi yang telah lama berjuang mempertahankan sehingga akan lebih bijaksana jika hubungan tersebut diakhiri.

Mencoba menjaga suatu hubungan atau persahabatan tidaklah mudah, terlalu banyak keegoisan dan perbedaan yang harus saling ditoleransi, pengertian dan perhatian menjadi suatu tuntutan bagi kedua belah pihak, jika satu saja tak dapat dilakukan maka hubungan tersebut hanya akan menjadi mimpi buruk yang dapat mengacaukan semua ketenangan hidup.

Aku belajar untuk menerima semua analogi itu dan akhirnya :

T'lah kucoba tuk mengertimu
Namun tak sekalipun kau mau mengertiku
Kau marah
Kau mengacuhkanku
Bahkan hingga kau menganggapku tidak ada
Kucoba 'tuk bersabar dan mengertimu
Namun goresan luka itu kini semakin dalam
Dan tak ada lagi sabar dan pengertianku untukmu
Sabar ini telah menemui batasnya
Semua amarah dan sedihku tlah habis untukmu
Kau acuhkanku
Maka akupun akan mengacuhkanmu
Kau menjauh
Maka akupun akan semakin menjauhimu
Tak ada lagi yang dapat menyatukan ini semua
Kurasa inilah saatnya kita memilih jalan terbaik
Hiduplah dengan caramu dan aku akan menjalani hidupku sendiri
Semua yang lalu biarlah berlalu
Ini saatnya mengakhiri semua persahabatan yang pernah terjalin
Kau memaksaku memilih jalan ini
Maka akan kupilih jalan ini
Mengakhiri ini akan lebih baik
Daripada memaksakan tuk mempertahankan semuanya
Namun semua hari-hari ku menjadi buruk karna semua amarah dan sedih yang kupendam karnamu
Dan akhirnya aku akan kehilangan lebih banyak lagi
Terimakasih untuk semua kebaikanmu yang tlah banyak membantuku
Terimakasih untuk semua 'perhatianmu' karna itulah aku banyak belajar dan dapat mengakhiri semua ini
Terimakasih untuk semua pengalaman dan kenangan baik ataupun buruk selama bersamamu
Semua sedih yang kauberikan padaku telah membuatku mengerti akan pilihan hidupku
Kini selamat tinggal
Aku bukalah siapa untukmu
dan Kaupun bukanlah siapa untukku
Selamat Tinggal Teman.