Saturday, November 27, 2010

Dokter Tulang

Fiuhh akhirnya aku ke dokter tulang, di Bandung ke dokter tulang, di Semarang ke dokter tulang dan sekarang di Jakarta ke dokter tulang. Inilah akibat dari penyakit kambuh disembarang tempat dan diwaktu yang tak terduga, akhirnya ganti dokter terus. Kali ini karena kemaren sakitnya ampun ampunan bahkan buat bergerak kecil aja sakit akhirnya Senin pagi aku ke dokter, relakan bolos kuliah dulu ke dokter. Tiga minggu sebelumnya aku sempat ke dokter tulang untuk memeriksakan lututku, karena lututku yang bermasalah.

Tiga minggu yang lalu rencana awal adalah aku ke rumah sakit, ternyata kakakku mendapat rekomendasi dokter tulang dari temannya yang orang Jakarta, katanya di Tanjung Duren ada dokter tulang sekaligus shinsei yang bagus. Akhirnya aku batalkan ke rumah sakit dan memilih ke dokter tersebut. Lama mencari-cari alamatnya ternyata susah alamatnya untunglah ada FourSquare yang sangat membantu tinggal cari klinik dr. Lay dapat deh petanya. Aku ke rumahnya namun sayang baru mulai praktek jam 5 sore, karena sekarang sudah jam 3 dan hujan daripada ditinggal pergi kemana dulu nantinya akan lama dan malah macet, akhirnya aku dan kakakku menunggu di mobil hingga jam 5 sore. Begitu jam 5 sore aku turun dan langsung berobat. Benar saja disini yang dilakukan setelah memeriksa ku adalah pijat. Ternyata mengapa lututku sakit adalah sambungan dari sakit pinggang, lantas aku dipijat diseluruh badan terutama dibagian pinggang dan kaki. Astaga rasanya.... bahkan untuk teriak saja ampun sakitnya. Setelah selesai dipijat aku diterapi tarik, wow seluruh tulangku dari kepala hingga kaki bunyi semua. Setelah dari dokter itu beberapa minggu setelahnya semuanya menjadi jauh membaik dan aku mulai beraktivitas lebih normal lagi.

Namun siapa sangka di hari yang namanya acara kampus MAKRAB dan aku adalah salah satu panitianya sakit pinggangku kambuh dan menjadi-jadi, sepulang dari Makrab ketika esokan harinya aku akan ke Gereja astaga badan ini benar-benar tidak bisa bergerak, bergeser sedikit saja sakit, bangun dari tempat tidur saja luar biasa sakitnya dan butuh pengorbanan yang sejadi-jadinya. Ampun dah aku, akhirnya seperti yang aku ceritakan di blog ku sebelumnya aku menelpon dokter dan dokter bilang untuk di kompres dulu baru keesokan harinya menemui dokter tersebut. Nah keesokan harinya aku sudah tidak tahan dan akhirnya pagi-pagi jam 8 aku pergi dengan taksi untuk ke alamat praktek dokter yang di Permata Buana. Sebenarnya aku sedikit bingung karena dikartu nama tersebut ada 4 lokasi, karena saat tiga minggu yg lalu ketika kakakku menelpon untuk menanyakan alamat pastinya dia mengatakan bahwa alamat prakteknya di Permata Buana maka aku memutuskan untuk pergi ke Permata Buana itu.

Alangkahnya sedikit sialnya, supir taksi yang aku gunakan tidak tau jalan jadilah lama baru aku sampai ke dokter tersebut. Sampai di dokter aku antri bersama orang-orang yang sudah mengantri sebelumnya. Yang memalukan adalah aku yang paling muda dengan penyakit yang hampir sama dengan mereka yang mengantri (huaaa... hiks hiks), sembari menunggu mulailah kami bercerita-cerita ternyata dokter yang sekarang aku datangi adalah perempuan, berbeda dengan yang 3 minggu lalu aku datangi yang laki-laki lalu aku diberitahu bahwa ini adalah adiknya yang di Tanjung Duren. Jadilah aku bingung karena kemaren yang aku telpon adalah yang di Tanjung Duren. Setelah aku berpikir dan melihat keterbatasan waktu tidak mungkin untukku pindah ke Tanjung Duren karena jam praktek sang kakak sudah akan habis, jadilah aku turut mengantri di sana. Keduanya namanya sama dr. Lay itulah yang membuatku bingung dan keduanya ternyata sama-sama mewarisi ilmu shinsei dari orang tuanya dan sama-sama kuliah di kedokteran lagi.

Akhirnya tibalah giliranku, dokternya cantik dan masih muda tapi jangan tanyakan kekuatannya. Dari cerita yang aku dapat di luar semua mengatakan bahwa meski perempuan tapi saat memijit wow kuat sekali, dan benar saja selain mendapat akupuntur aku juga merasakan pijitan meski sedikit berbeda dengan yang dilakukan di Tanjung Duren tapi harus kuakui bahwa kekuatannya mantap, dan tetap saja sakitnya ampun deh... Jangan hanya dilihat dari fisiknya yang cantik, ramah dan tampak seperti lemah lembut namun saat sedang menterapi tetap saja.... Dokter menyarankan aku agar istirahat alias bed rest dulu sementara, dan aku diberi obat penahan sakit dan hari Sabtu aku diminta untuk kontrol. Rencanaku adalah aku akan masuk kelas yang siang namun ternyata sakitnya ampun ampunan akhirnya kubatalkan niatku untuk ke kampus dan memilih tidur di kost sesuai saran dokter, namun esokan harinya aku harus masuk karena aku ada ujian.

Ternyata keesokan harinya sedikit berkurang rasa sakit ini setidaknya aku sudah mulai bisa bergerak dari kasur, luar biasanya adalah ketika aku duduk lama atau berdiri lama karena ternyata sakitnya sudah merambah ke kaki. Ketika aku duduk terlalu lama pinggang ini sakit dan ketika berdiri kaki kananku serasa tertarik sehingga sakit untuk diluruskan. Wew... ternyata menderitanya sungguh ngga ada akhir. Seminggu aku bertahan dan tibalah hari Sabtu. Kembalilah aku ke dr. Lay ini. Sekali lagi aku diterapi dipijat dan diakupuntur. Dr bilang kalo sudah tidak sakit atau sudah berkurang ya sudah tapi kalo masih sakit lagi balik lagi hari Sabtu. Hmmmm.... Sebelumnya dulu aku pernah dikira oleh dr yang lain aku sakit HNP dan butuh operasi, lalu aku sekalian berkonsultasi sedikit dengan dr Lay tentang hal ini dan katanya aku hanya terkena LBP dan tidak perlu ada operasi dan mengenai masalah lututku ternyata ini semua ada kaitannya dengan masa kecilku yang ternyata kakikku cenderung berbentuk X, tapi sayang terlambat dan benar sudah terlambat dan harus kuterima dengan apa adanya. Dulu dr di Semarang mengatakan bahwa suatu hari aku pasti akan membutuhkan operasi untuk lutut ini, dr Lay bilang sudah terlambat dan tidak perlu dioperasi karena seharusnya perbaikan ada pada saat aku masih kecil. Saat aku kecil memang aku sudah dipakaikan sepatu besi untuk meluruskan lututku tapi karena sakit dan orang tuaku tidak tega jadilah semua terapi dihilangkan.

Sedih rasanya, tapi siapa yang harus disalahkan? Semua salah ada padaku seandainya dulu aku tidak menolak dan tidak terus menangis pasti orang tuaku tidak akan merasa sedih dan tidak tega sehingga mereka akan melanjutkan terapi. Sekarang kata dr Lay jalan yang tersisa untukku adalah berhati-hati, resiko cederaku akan sangat tinggi terutama pada jalan yang berat, lari, jalan di area tidak rata, naik turun tangga semua pekerjaan berat dan membebani tubuh akan menjadi momok bagi lutut dan tubuhku, dan ada kemungkinan ketika itulah lututku sakit dan akhirnya merambah naik hingga pinggul dan pinggang. Setiap kali aku mengingat itu semua rasanya aku Cuma ingin menangis dan memutar balik waktu untuk mengatakan pada orang tuaku "Meski aku menangis sekeras-kerasnya aku mohon paksa aku untuk memakai sepatu besi itu, jangan pedulikan tangisan dan teriakanku, ini untuk kebaikanku sendiri kalian harus tega". Setiap aku bertanya tidak adakah jalan lain, apakah benar aku harus dioperasi, dr Lay Cuma mengingatkanku untuk tidak memikirkan semua itu dan janganlah berpikir dan mengatakan itu semua karena Mulutmu adalah Kuasamu, apa yang kamu katakan adalah apa yang akan terjadi karena itulah yang diterima otakmu. Saran terakhir dari dr Lay untukku adalah :

  1. Jangan beraktivitas berat, treadmill, lari, naik turun tangga, jongkok berdiri, dan semua olahraga yang membebani lutut, berolahraga yang memperkuat betis dan paha cukup. Dan olahraga yang paling dapat kulakukan adalah RENANG hanya itu
  2. Menjaga berat badan,hmmm artinya aku harus mulai diet ini karena aku tergolong overweight
  3. Gunakan sepatu atau sandal yang sangat nyaman
  4. Tidak boleh terlalu lama duduk atau berdiri
Ya itulah semua yang sekarang harus aku tanamkan dalam otakku untuk memperbaiki hidupku dan agar aku tidak perlu lagi kembali ke dr Lay dan semua dr tulang yang ada. Meski dr Lay baik dan sangat membantu tapi aku tidak mau sakit lagi jadi aku harus mulai memperbaiki pola hidupku!

Terima Kasih untuk kedua dr. Lay

Friday, November 26, 2010

Maksud Hati Baik Namun Menyakitkan

Hari ini, aku bertengkar dengan temanku yang sebenarnya sangat baik dan meski kami baru kenal dekat sejak kuliah di Jakarta ini tapi kuakui dia sangat baik dan telah banyak membantuku. Alasannya?? Sangat sepele, aku memang sedang dalam pemulihan dari sakit pinggang dan lututku itu, hari itu kami semua akan menonton bioskop, namun entah apa yang ada diotaknya dengan lantang dan dengan tampangnya yang menyebalkan dia mengatakan "Lu pulang ajalah sana, ngeliat lu bikin males udah kaya orang mati" entah apa pula yang ada diotakku, bagiku kata-kata itu sudah seperti setan disiang bolong apalagi aku baru saja mengingat akan kemungkinanku jika benar ini HNP dan harus dioperasi dan jika gagal adalah cacat yang aku selalu mengingatkan kediriku bahwa jika harus cacat lebih baik aku mati, sekarang saat aku sedang dalam kondisi seperti ini tiba-tiba teman yang hari awalnya menawarkan bantuan malah bukannya mendoakan sembuh malah mengataiku mati. Apalagi karena nenek ku harus pergi menyusul mamaku setelah operasi lutut. Disamping itu apalagi di hari Makrab Jumat minggu lalu aku sudah terlanjur sebal dan kecewa dengan dia, karena aku adalah koordinator dekorasi dan aku meng-outsource dekorasi tersebut namun orangnya datang terlambat, dan ketika aku sedang ke rumah sakit untuk mencari penahan rasa sakit yang dia lakukan adalah mengatakan dan mengkoar-koarkan bahwa orang ini akan menipu dan nantinya dia harus ke Carefour untuk berbelanja dekorasi di hari H. Bagiku itu salah satu penghinaan pula, kenapa tidak langsung bilang ke aku tapi harus mengumbarnya di kelas di semua orang??!!! Padahal aku berusaha dengan segalah upaya dari mulai mencari telpon hingga pergi melihat ke dekorator hanya karena dia tidak percaya (awalnya dia mau ikut tapi kenyataannya tidak muncul batang hidungnya). Dan keadaanku menjadi lebih buruk karena acara sial itu.

Jadilah seketika itu juga mood ku anjlok dan benciku menjadi mendarah daging, yang awalnya aku berminat untuk ikut tapi karena dia adalah salah satu pesertanya, amit-amitlah untuk ikut untuk liat mukanya saja ingin rasanya aku memukul dan berdoa bahwa dia yang akan menjalani hidup seperti orang mati. Belum selesai itu semua masih harus ditambah masalah acara Marketing yang sangat merepotkan dan tidak ada kejelasannya semakinlah hariku menjadi buruk. Kebencian, bad mood dan ditambah pusingnya semua ketidak jelasan ini menjadikan puncak amarahku berada di batas yang maksimum. Kuputuskan untuk pulang dan lebih memilih beristirahat jauh dari semua orang-orang yang membuat hidupku semakin buruk.

Keesokan harinya, ada acara Kaderisasi di kampus, aku tidak tau mungkin karena dia memang orang yang cuek dengan santai nya dia datang dan mengoceh dan entah karena benciku yang masih sangat-sangat besar, refleks aku pergi saat dia mendekat dan menjauh saja. Ternyata dia minta pada salah satu teman kelasku untuk menanyakan apa salahnya. Akhirnya aku mengatakan pada temanku itu, dia bilang itukan hanya bercanda aku tau jika saat itu aku juga tidak sedang sakit dan memang mau mati, aku tidak akan sakit hati tapi seharusnya dia tau kapan saatnya dan tidak perlu mengatakan hal itu, kalau memang tidak mau aku ikut tidak perlu bicara seperti bilang saja jujur aku akan menerima itu jauh lebih baik. Ditengah acara dia datang dan meminta maaf dan menjelaskan bahwa dia tidak mau aku ikut karena tidak ada yang akan mengantar pulang. Sekali lagi ini sungguh sesuatu yang bagiku adalah penghinaan dan sesuatu yang sebenarnya baik karena menunjukan bahwa dia care namun sekali lagi yang harus diingat adalah aku bukan orang yang suka memanfaatkan teman alias aku hanya berteman karena ada yang mengantar pulang, ada yang akan inilah itulah. Menurutku itu sesuatu yang aneh dan menjijikan jika sampai dia berpikir demikian karena sepanjang aku kenal dengannya tidak pernah aku meminta bantuan untuk hanya menebeng atau apapun, aku tidak akan menumpang jika tidak ditawari jadi seharusnya tidak ada pikiran semacam itu.

Tapi ya sudahlah, karena dia berpikir seperti itu sekarang saatnya aku juga mulai berpikir demikian, karena aku masih membutuhkan dia untuk kelangsungan tugas akhirku, mungkin memang inilah yang ingin diingatkan oleh Tuhan bahwa semua orang pasti memang ada manfaatnya, lagi pula dia sudah cukup membantu selama masa kuliahku satu setengah trimester disinilah aku harus melupakan kesalahan dan lebih banyak mengingat kebaikan saja. Semoga saja dia mulai tau untuk menjaga mulutnya, dan mengingat bahwa Kata-Kata Adalah DOA sehingga hal sepele ini tidak lagi terulang.

Untukku inilah waktunya untuk lebih berpikir positif , belajar untuk FORGIVEN & FORGOTTEN.

 

Kadangkala Maksud Baik Akan Menjadi Buruk Ketika Penyampaiannya SALAH

Thursday, November 25, 2010

Segenggam Garam

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.

"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa...

Sunday, November 21, 2010

Sakit Pinggang

Entah sejak kapan aku mempunyai masalah dengan pinggang ini, yang pastinya ini sudah ke-empat kalinya penyakit ini kambuh dan benar benar menyiksaku. Bahkan untuk bergerak saja aku sulit. Ingin rasanya pinggang ini kulepas sesaat agar bisa kulihat apa yang membuatnya sakit. Apakah hanya karena kecapean??? Rasanya ini benar benar tidak sebanding dengan rasa capek ku kemarin, ini sangat menyiksa apalagi ditambah besok aku harus kuliah dan ujian pula astaga Tuhan tolong aku. Rasanya aku ingin menangis sakit sekali ini Tuhan. Apalagi aku sendirian, jauh dari rumah bahkan tidak ada orang yang membantuku untuk beraktivitas, aku benar benar berharap ini berakhir atau lebih baik diakhiri semua saja sekalian.

Aku memberanikan diri menelpon dokter, tapi sayang ia benar-benar sedang tidak dapat membantu hanya menyarankan dikompres dengan es batu dan besok pagi ke klinik. O Tuhan aku sudah tidak sanggup, akhirnya aku mencari tukang pijat tapi ternyata tidak membantu meski aku sudah berusaha menahan sakitnya. Sakit ini bahkan tidak berkurang sedikitpun. Menggerakan tubuh walau hanya untuk bergeser saja rasanya sakit minta ampun, apalagi saat harus bangun dari tempat tidur aku harus merambat untuk bisa menegakkan badan ini.

Berkali-kali aku hanya berpikir mengapa harus aku yang merasakan penyakit ini, apa sebenarnya masalah yang membuatku terkena penyakit ini?? Dulu dokter bilang karena terlalu banyak duduk, lantas aku sudah menguranginya tapi mengapa tetap saja penyakit ini datang lagi dan lagi.

Aku ingin pulang ya Tuhan aku tidak mau sakit lagi seperti ini, aku mohon Tuhan jauhkan aku dari penyakit ini, aku benar benar sudah putus asa

Pshycologycal Test

Beberapa hari yang lalu, aku akhirnya mendapat hasil tes psikologi saat aku tes masuk di sekolah ku ini. Hasilnya tidak jauh berbeda dari yang aku bayangkan meski sedikit menyakitkan. Aku senang karena :

  1. Tidak ada keadaan yang di luar ekspektasi
  2. Ternyata hasil dari EPPS ku menunjukan aku berada di daerah tengah-tengah saja (mayoritas berakhir di 5-6)
  3. Sedikit bangga karena di bagian peran pemimpin hasilnya cukup lah 7
  4. Hasil Pauli tes menunjukan cukup stabil
  5. Hasil psikotes menunjukan hasil yang bagus di Angka, Analitikal dan Daya bayang

Tapi tidak semua menggembirakan ada beberapa yang cukup membutuhkan penerimaan dan improvement :

  1. Kemampuan untuk mengikuti otoritas 1 (wow artinya aku bukan orang yang akan setia dengan otoritas, hmmmmm )
  2. Kemampuan dan kebutuhan bersosialisasi hanya 4 yang didukung dengan kemampuan mengungkapkan perasaan dan assertiveness ku yang hanya 4. (wew ternyata memang sulit untukku mengungkapkan apa yang kurasakan, berkali kali dicoba berubah, memberanikan diri tapi memang berakhir dengan diam).

Menjadi pribadi tertutup dan tidak berani mengungkapkan pemikiran dan perasaan bukanlah yang kucita-citakan, tapi entah mengapa meski aku terus berusaha merubahnya selalu diakhiri dengan kembali tidak berani lagi. Bahkan untuk mengajukan pertanyaan di kelas saja aku tidak berani, padahal berguna untuk nilai akhirku, meminta bantuan saja aku takut. Tampaknya perjalanan untuk membuka diri ini akan sangat panjang...

Saturday, October 9, 2010

T-Group

Hmmmm, selama satu hari, aku dan teman-teman kelasku diajak ke The Village Pancawati Bogor untuk menjalankan Sensitivity Training atau T-Group. Selama di sini kami diminta untuk membuka Jendela Djouhari atau bahasa umumnya adalah masa curhat untuk mengetahui siapa kita di mata mereka. Disini diharapkan kita sedikit membuka diri dan membiarkan orang lain mengenal kita lebih jauh, dan kita juga dapat melihat dan mengerti apa yang orang lain lihat dan bagaimana orang lain menilai siapa kita.

Tanggal 8 Oktober 2010 aku dan 20 temanku berangkat dan langsung memulai yang kusebut 'Sesi Curhat' kami dibagi menjadi 3 kelompok sharing dan mulailah satu persatu kami menceritakan siapa kami dan bagaimana kami menjalani hidup hingga akhirnya berada di sana saat itu. Kemudian rekan sekelompok dapat mulai menanyakan segala tentang kita dan mereka akan memberikan feedback untuk kita memperbaiki diri, mengklarifikasi kesalahpahaman dan membuka persepsi kita sendiri akan siapa kita.

Semua itu terdengar sangat simple tapi ternyata sesuatu yang cukup-cukup 'menampar' aku sendiri. Disini aku baru akhirnya menyadari banyak yang terluka dan sangat tidak suka dengan sifat burukku yang sangat sulit memang untuk diubah yaitu sekali BT entah dengan siapa pasti semua orang kena. Astaga untuk kesekian kalinya sifat dan sikap itu memakan korban lagi. Dan yang paling terkena adalah orang yang ternyata sangat care terhadap aku walaupun belum lama juga kami kenal. Dan dimata teman temanku, mereka mengatakan bahwa temanku satu itu sangat sangat sayang terhadapku. Aku juga tidak mengelak bahwa memang dia terlihat begitu perhatian dan sayang aku, dan memang ini sungguh salah satu tamparan yang kembali mengusik sejarah pertemananku dengan teman-teman lainku. Ternyata semua pastinya merasakan seperti itu, merasakan bahwa mereka akan selalu jadi 'korban' dari BT tidak jelasku, merasakan bahwa care mereka dan sayang mereka, ternyata sering kubalas dengan wajah cemberut, BT, yang pastinya juga melukai mereka.

Wow! Banyak yang memuji namun tidak sedikit yang mencela. Kesemuanya juga merupakan fakta yang tidak akan kuelak kebenarannya. Di sana kuharap semua duri itu, semua bibit bibit yang akan membawaku ke BT tidak jelas yang hanya akan menyakiti orang yang menyayangiku, dapat kukubur dan tidak akan muncul lagi. Biarlah ini menjadi saat saat Reborn-ku. Memperbaiki yang lalu dan tidak akan kembali ke perilaku yang sama.

Selain aku lebih mengenal diriku sendiri, aku juga mendengarkan keragaman latar belakang dan sejarah dari teman-temanku yang ternyata semua orang pastinya punya sisi lain kehidupan. Dan ini juga membuka pikiranku bahwa bukan hanya aku, dan ternyata masalah hidupku dan keluargaku bukanlah hal yang paling berat di dunia karena ternyata banyak dari temanku juga mempunyai masalah yang tidak jauh kompleks dengan kehidupanku sendiri. Ternyata aku harus bersyukur dengan hidupku saat ini karena jika dibanding mereka sebenarnya hidupku tergolong hidup yang meski bukan sempurna namun sebenarnya hidup yang jauh-jauh lebih 'tenang' dibanding mereka. Hal ini juga mengajarkan kepadaku dan sedikit banyak mengubah pandanganku ke teman temanku itu, dan aku semakin meyakini bahwa memang pendidikan pertama datang dari keluarga dan itu akan menjadi dasar kehidupan seseorang.

Di akhir penutupan, ketika harus memilih asosiasi diri, aku memilih menjadi AIR. Mengapa? karena aku ingin menjadi sosok yang reachable, adaptive, menjadi sumber kehidupan, dan pastinya aku ingin menjalani hidupku dengan mengalir dan terus mengalir maju ke depan dan meski aku harus mengalami hambatan dan rintangan aku pasti dapat menemukan jalan keluar meski itu sempit, berliku dan sangat kecil. Air selalu menjadi sosok yang selalu akan mewakili aku dan aku selalu memilih air, aku sendiri tidak tau apa yang mendorong itu semua, selain alasan alasan itu, namun saat harus mengasosiasikan diri pastinya air adalah pilihan utama yang selalu aku pilih.

Keesokan harinya, acara Sensitivity Training ini ditutup dengan sedikit game team building dan Paint Ball. Dan sebagai hadiah pulang adalah seamplop Sugar Grams yang berisi sisi positif dari aku dimata teman-temanku. Bukan merupakan surprise yang diluar perkiraan, namun banyak dari sugars itu yang mendorongku untuk lebih semangat mengejar masa depan yang lebih baik untuk aku sendiri.
My Sugar Grams
Akhirnya, kuharap semua ini benar benar bisa mengubahku, dan aku MAU untuk berubah!!!!!

I'm so sorry to all of my friends, especially all of my best friends
Even I've already known that all of my bad mood was driven us go to conflict or break our relationship
But now I'm really really realize that it's not just me and myself that was hurt but I hurt you more than I realize
You've gave me your love, your care and a lot of memories and I don't wanna lose it anymore
I promise I will change, and today is my REBORN

Wednesday, August 25, 2010

MMR 41 Goes to Bali

18 Agustus 2010 menjadi hari yang sangat dinanti-nanti, hari itu sekitar pukul 15.15 kami akan terbang ke Bali. Sesuai dengan kesepakatan kami berkumpul di Terminal 3 Soekarno-Hatta pukul 13.00 untuk melakukan check-in dan bersiap boarding. Selama di Bali ini beberapa rekan kami ada yang sedang menjalankan puasa, namun itu semua bukan halangan untuk tetap menikmati liburan di Bali. Akhirnya saatnya boarding tiba dan kami siap menuju Bali. Dua orang teman yaitu Alvin dan Andin telah terlebih dahulu sampai di Bali karena mereka menggunakan penerbangan lain yang lebih awal. Mike juga sudah di Bali karena ini merupakan perpanjangan liburan di Bali bagi Mike. Sedangkan Ufi akan menyusul nanti sekitar pukul 19.00 tiba di Bali.

Inilah rangkaian perjalanan liburan kami di Bali :

1.         Bandara Ngurah Rai – Ayam Betutu – Bandara Ngurah Rai

Jakarta - Bali
Ayam Betutu. Plecing Kangkung dan Pelengkap
 Setibanya di Bali, Mike, Andin dan Alvin telah menunggu kami di gerbang kedatangan dan kami segera bergabung dengan mereka untuk langsung bersiap berbuka puasa dan makan malam di Ayam Betutu yang tidak jauh dari Bandara. Sajian pertama adalah Ayam betutu yang didampingi dengan plecing kangkung, kacang, dan sambal bawang. Rasanya? Hmmm entah karena lapar atau bukan tapi memang rasanya cukup menggoyang lidah masih ditambah sate lilit yang sangat empuk dan nikmat. Selanjutnya kami kembali ke bandara untuk menjemput Ufi dan melanjutkan perjalanan selanjutnya.


2.   Bandara Ngurah Rai – Celuk Agung – Lovina Beach – Kintamani – Legian – Harmony 


Lovina
 Setelah menjemput Ufi perjalanan panjang dilakukan untuk menuju ke Lovina, disini kami akan menginap semalam di Celuk Agung Hotel. Keesokan harinya sekitar pukul 6.00 WITA kami bersiap berangkat menuju pantai Lovina untuk melihat Lumba-lumba, dengan menggunakann 4 perahu kami mulai perburuan lumba-lumba, yang membuat lucu adalah proses pencarian lumba-lumba Chasing The Dolphin, kami harus memasang mata untuk melihat dimana lumba-lumba itu akan muncul, selanjutnya kami melihat keindahan taman hias namun sayangnya kami tidak sempat melakukan snorkeling sehingga kurang terlihat keindahan dasar lautnya. Selesai melihat lumba-lumba dan taman hias kami kembali ke hotel untuk bergegas menuju Legian dengan sebelumnya mampir di Kintamani untuk sejenak menikmati keindahan danau Kintamani.
Kintamani
 3.     Harmony – Ubud – Babi Guling bu Oka – Naughty Nuri’s – Harmony  - Bubba Gump – Harmony

Babi Guling Bu Oka

Naughty Nuri's Ribs
Keesokan harinya bisa dibilang ini adalah wisata kuliner. Pagi kami menuju ke sekitar Ubud kemudian makan Babi Guling bu Oka yang sudah terkenal dan terjamin enaknya itu, beberapa rekan muslim dan yang berpuasa memilih berjalan-jalan di sekitar pasar Ubud dan kemudian mereka lanjut ke Sukawati dan kembali ke hotel, sedangkan kami sisanya, selesai melahap sepiring babi guling kami melanjutkan perburuan PORK menuju Naughty Nuri’s, sayangnya kami harus berjalan kaki dari Bu Oka hingga Naughty Nuri’s dan ini sangat sangat melelahkan karena perjalanan cukup jauh dan mendaki. Namun tidak sia-sia perjalanan menuju Naughty Nuri’s yang mendaki dan melelahkan itu karena Ribs nya benar-benar memanjakan lidah. Kenyang dengan 2 jenis babi ini, sebenarnya kami berencana untuk berbuka di Bebek Bengil namun karena perut yang sudah terlanjur penuh akhirnya terpaksa dibatalkan dan kami kembali ke hotel di Legian The Harmony.

Bubba Gump
 Merasa sayang hanya menghabiskan malam di hotel beberapa dari kami berinisiatif berjalan jalan di sekitar legian hingga ke Kuta dan akhirnya untuk memuaskan rasa ingin tahu kami mencoba Bubba Gump. Terletak di Kuta tepatnya dekat dengan Discovery Mall dan bersampingan dengan SlingShot. Beruntung perut masih kenyang maka kami tidak memesan terlalu banyak, kami memesan Shrimp yang merupakan andalan di sana dan mencoba Pomegranate Margarita. Keunikannya adalah ketika mereka men-shake margarita akan ada iringan musik yang dimainkan oleh karyawannya. Jika ada yang berulang tahun juga tidak kalah ramainya para waiters akan memainkan musik dan memberikan birthday cake. Perjalanan pulang dilakukan dengan berjalan kaki, meski cukup jauh namun tidak terlalu melelahkan karena kami berjalan ramai-ramai.


4.       Harmony – Dreamland – Jimbaran – Harmony

KLAPA Dreamland
Tidak terlalu pagi perjalanan kali ini, sekita pukul 11.00 WITA kami mulai keluar hotel untuk mencari makan siang dan kami memilih makan di dekat Djoger. Kemudian kami menuju Dreamland. Dengan membayar 70rb kami mendapatkan tiket masuk KLAPA, sungguh pemandangan yang cukup mengasyikan melihat hamparan pantai, meskipun ramai namun cukup memberi ruang untuk kami bermain-main di pantai sembari menunggu sunset. Menjelang sunset kami semua bergegas mandi, sayangnya kamar mandi yang tersedia kurang memadai sehingga antrian panjang terpaksa dinikmati. Menikmati sunset kami mendapat voucher makan dan minum senilai 70 rb dan kami nikmati dengan meminum dan memesan beberapa makanan.

Selesai minum dan menikmati sunset, saatnya makan berat yaitu seafood di Jimbaran. Mike, Andre, Aldi, Julius dan Freddy memilih merayakan ulang tahun mereka kemarin dengan mentraktir kami di sini. Cukup banyak makanan dan minuman yang dipesan dan cukup untuk memenuhi rasa lapar selepas bermain di pantai tadi. Thanks to all of you guys!! And once again Happy Birthday! Selepas dari Jimbaran dan lelah karena bermain di pantai kami kembali ke hotel untuk beristirahat, namun ternyata dihotel dilanjutkan dengan bermain kartu dan mencoba Magic Mushroom yang terkenal dengan efeknya itu.




5.      Harmony – Karma Kandara – Pura Uluwatu – Padang Padang Beach – Blue Point – Warung Italia - Harmony

Karma Kandara
 Tema hari ini adalah melihat-lihat pemandangan dan hotel mewah. Makan pagi kami menikmati Sate Plecing dan Bakso ditambah nasi babi guling Bu Chandra yang ada di Denpasar. Kemudian dilanjutkan perjalanan ke sekitar ulu watu. Perhentian pertama kami dipuaskan dengan pemandangan indah hotel Karma Kandara dengan private beach nya. Tempat yang menjadi impian kami selanjutnya, kami mengabadikan keindahannya dengan berfoto-foto. 
Pura Uluwatu
Padang Padang Beach
 Selesai berfoto wisata mata dilanjutkan dengan Pura Uluwatu keindahan pantai dan Pura ditambah monyet-monyet disekitar menjadi hiasan mata kami, selanjutnya kami menuju Padang-Padang Beach, tempat yang menjadi lokasi syuting film Julia Roberts Eat, Pray and Love ini kami nikmati sesaat, kemudian kami menanti dan menikmati indahnya sunset di Bluepoint sunset terrace, dengan mengeluarkan 20rb dan mendapat makan dan minum kami beristirahat sembari menikmati keindahan sunset. 
Blue Point
 Perjalanan selanjutnya menuju Warung Italia,. Warung Italia memanjakan lidah dan perut ala masakan Italia dengan Triple size Pizza nya yang terkenal. Harga sesuai dengan nikmat yang didapat. Perut kenyang lanjut dengan beristirahat di hotel dan mempersiapkan diri untuk rafting keesokan harinya.
Warung Italia

6.       Harmony – Telaga Waja Rafting – Harmony - Ku De Ta – Harmony

Telaga Waja Bali Rafting
Rafting menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu, meski terjadi sedikit keterlambatan namun akhirnya rafting tetap jadi dilaksanakan. Telaga Waja menjadi sasaran rafting kami., pada kesempatan ini pula kami berkenalan dengan teman baru, Wisnu, adik Agni yang turut berjuang di Telaga Waja. Dengan menggunakan 4 perahu karet kami menikmati perjalanan rafting sepanjang 12 km dengan perhentian di air terjun yang menyegarkan. Selesai menempuh rute yang konon terpanjang di Bali ini kami harus menaiki tangga yang sangat-sangat banyak dan sangat melelahkan, SALUT kami bagi teman-teman kami yang berpuasa! Selesai menaiki tangga kami lalu makan dan mandi kemudian masih harus menaiki tangga lagi untuk menuju mobil. 
Sukawati
Perjalanan dilanjutkan kembali ke Hotel namun sebelumnya kami sempatkan mampir ke Sukawati untuk berbelanja oleh-oleh. Beberapa dari kami memilih beristirahat karena ada yang merasa tidak enak badan juga namun sisanya tetep mengumpulkan semangat untuk menikmati hotel dan cafe di Ku De Ta, tempat yang terkenal dengan keindahan cafe nya ini menjadi tempat kami menghabiskan sisa malam terakhir kami di Bali. Selesai dari sana kami kembali ke Hotel dan beristirahat, namun pada tengah malam itulah seorang teman kami merayakan ulang tahun, Nandia merayakan hari jadinya yang ke 23 thn di malam terakhri kami di Bali, perayaan kecil kami adakan untuk sekedar memperingati hari bahagia tersebut.
Ku De Ta


Happy Bday Nandia


7.    Harmony -  Hawaiii Bali – Titiles – Bandara Ngurah Rai

Bali - Jakarta
Hari terakhir, meski berat rasanya harus meninggalkan pulau Dewata ini namun itulah yang harus terjadi. Kepulangan juga harus terbagi-bagi karena kami ber-14 tidak saut penerbangan. Andin dan Alvin harus pergi duluan sekitar pukul 16.00 kemudian kami bersepuluh pukul 18.05 dan Mike pukul 18.45 dan terakhir Ufi 19.50. Sebelumnya kami semua menuju Hawaii Bali untuk berbelanja lulur dan Titiles untuk belanja makanan dan terakhir kami menikmati santap siang di Solaria Ngurah Rai sembari bersiap untuk kembali ke Jakarta. Meski berat rasanya tapi akhirnya pukul 18.30 aku dan yang lain telah siap di pesawat yang akan membawa kami meninggalkan Bali.



Itulah rangkaian perjalanan yang mengasyikan untuk mengisi liburan semester pertama ini. Thank You guys for this wonderful holiday!!! Especially to Mike and Andre as EO and to Agni, Alvin, Andre, Mike as our driver in Bali.
Our Best EO
 It’s gonna be one of my great holidays. I hope we will have another amazing holidays next time.

Tuesday, February 23, 2010

Seandainya Mengapa

Seandainya dia tak pernah ada
Seandaimya dia tak pergi
Seandainya semua itu tak terjadi
Seandainya dapat kuulang semua itu
Seandainya masih ada waktuku 'tuk memperbaikinya
Seandainya waktu dapat kuputar kembali

Seandainya itu bukanlah seandainya
Mengapa itu hanya seandainya
Kuingin itu bukan hanya seandainya
Seandainya itu dapat terwujud
Takkan mungkin penyesalan ini begitu menyiksa

Seandainya kudapat memetik bintangku
Tanpa harus kukorbankan bintang yang lain
Hingga akhirnya aku kehilangan mentariku
Mentari kebanggaan yang selalu kuimpikan dan kuperjuangkan
Mengapa selalu malam yang menemaniku
Seandainya malam dapat menjadi pagi
Seandainya mentari itu tak terlepas
 
Mengapa ku harus kehilangan mentariku
Ketika mentari itu tlah kurengkuh
Penyesalan tiada henti kini merasukiku
Akankah ada kesempatan kedua untukku?
Mengapa harus kekecewaan dan air mata yang kuterima?
Mengapa senyum bahagia itu tak kunjung memenuhiku?
Pelangi indah itu tak lagi pernah menunjukan cantik warnanya

Mengapa harus ada dia?
Dia memberikan warna hidupku namun dia pula yang menghancurkannya
Tak hanya pelangiku yang terenggut namun pelangi orang yang kucintapun kau renggut
Aku ingin tak menyalahkanmu namun semua itu selalu menunjuk padamu
Awan gelap kumohon pergilah janganlah terus melingkupi laut kehidupanku

Mengapa semua itu tak terjawab?
dan mengapa semua mimpi itu hanya tetap menjadi seandainya
Pergilah sesal datanglah asa
Pergilah masa lalu datanglah masa depan
Tlah terbingkai yang lalu kini kan mulai kuukir yang baru
Sesalku tak kan pernah terhapus meski ombak terus menghapusnya

Friday, February 12, 2010

Ujung Genteng Trip

Menutup semester 7 dengan perjalanan ala backpacker, yang berarti juga sebagai penutup masa kuliahku di Universitas Parahyangan. Seminggu setelah aku menyelesaikan sidang akhirku yaitu tanggal 14 Januari 2010, aku memulai perjalanan ini. Ini merupakan pengalaman pertama bagiku untuk pergi berlibur ala backpacker. Awalnya peserta Ujung Genteng Trip ini sekitar 20 orang namun kemudian menyusut hingga 10 orang, awalnya aku mulai ragu apakah akan tetap melanjutkan perjalanan ini, namun setelah memantapkan hati dan aku mempertimbangkan bahwa mungkin ini akan menjadi perjalanan terakhirku bersama teman-teman kuliahku maka meski akhirnya kami hanya ber-8 orang maka kami tetap melanjutkan perjalanan ini. Sehari sebelum memulai perjalanan kami membicarakan dulu kapan dan dimana kami akan berkumpul. Pukul 8.00 kami akan berkumpul di terminal Leuwi Panjang. Pesertanya adalah Robby, Randy “Lontong”, Intan, Maria, Rizaldy “Ical”, Dodhy, Jaka dan aku.
Hari yang dinanti akhirnya tiba, 14 Januari 2010, pkl 6.30 kami berenam yaitu Intan, Maria, Ical, Dodhy, Jaka dan aku sepakat untuk berkumpul di Sentra Kampus untuk kemudian berangkat bersama ke Leuwi Panjang. Namun baru pada pukul 7.00 kami dapat berangkat. Kami berangkat dengan angkot 3 kali kami berganti angkot hingga akhirnya tiba di terminal Leuwi Panjang. Setelah tiba di sana kami menunggu 2 teman kami yang lain yang berangkat dari rumah mereka masing-masing. Akhirnya pukul 08.30 kami berdelapan dapat memulai perjalanan.
Perjalanan pertama kami dimulai dengan menggunakan bus MGI menuju Sukabumi. Kurang lebih sekitar 3 jam baru akhirnya kami sampai di Sukabumi hanya dengan Rp 21.000,00 per orang. Sampai di Sukabumi kami menunggu teman kami yang memang berasal dari Sukabumi yaitu Tasya. Di terminal itulah kami menunggu, dan kurang lebih 30 menit baru akhirnya kami bertemu dia. Cuaca saat itu kurang baik hujan deras meliputi Sukabumi, karna kami mengejar waktu untuk mencapai Ujung Genteng maka kami cepat-cepat makan di daerah terminal tersebut. Selesai makan kira kira pukul 12.30 kami segera menaiki angkot untuk menuju ke terminal lain. Angkot di sana ternyata lebih ‘memaksa’ daripada angkot di Bandung. Meski telah penuh terutama karna barang-barang namun si supir angkot terus menunggu dan memaksa masuk penumpang. Dengan Rp 5000,00 akhirnya kami sampai di terminal tersebut. Perjalanan menuju Ujung Genteng masih harus dilanjutkan dengan menggunakan angkutan desa Elf ‘Elep’ seharusnya Elep ini hanya mengantar hingga Surade namun karna kami cukup banyak maka supir tersebut mau mengantar ke Ujung Genteng dengan Rp 30.000,00.


Kurang lebih 4 jam lamanya kami harus bertahan di Elep, perjalanan ini menjadi sangat mengesankan dan sangat ‘menyulitkan’ karena ternyata jalan yang ditempuh tidak bagus dan selama kurang lebih 3 jam jalanan yang ditempuh terus berkelok-kelok seperti jalan di Cadas Pangeran. Bukan hal yang menakutkan jika dikendarai dengan santai, namun supir Elep ini sungguh dapat dikatakan luar biasa. Dengan Elep yang berisi kurang lebih 20 orang, dengan bagian depan 5 orang yang berarti supir hanya duduk setengah saja, ditambah dengan sedang menerima telepon supir ini masih sanggup untuk terus menyelip kendaraan di depannyameski kondisinya tikungan. Ujian berat untuk perut dan jantung terjadi di sana, dua orang temanku Robby dan Maria akhirnya tak sanggup menahan mual dan mereka terpakasa muntah. Aku dan Robby duduk di paling belakang dan celakanya yang membuat Robby muntah adalah karna ia melihat orang di sampingnya muntah dan tidak diplastik namun langsung saja di bawah. Ini benar benar menambah mual yang tengah aku rasakan. Akhirnya orang tersebut turun di tengah perjalanan dan beberapa orang mulai turun juga akhirnya aku dan Robby dapat pindah dari tempat duduk semula kami. Perjalanan dan ‘siksaan’ Elep belum berhenti disana kami masih harus menjalani 1,5 jam lagi perjalanan menuju Ujung Genteng. Kami sampai di Ujung Genteng sekitar pukul 16.30.
Setelah sampai di Ujung Genteng perjalanan pertama kami adalah mencari penginapan, tidak ada angkot maka kami harus berjalan kaki kurang lebih 1,5 km hingga mencapai penginapan Pondok Heksa. Setelah sampai di penginapan dan memutuskan untuk menyewa salah satu tipe kamar, maka kami mulai berberes beres. Kami mulai mempersiapkan memasak air, membereskan kamar dan dapur. Lalu kami mulai beristirahat dan sesekali melihat pantai yang tepat berada di depan penginapan kami. Setelah selesai mandi kami mencoba mencari makan, namun keadaan di luar hujan dan gelap, maka kami memilih memesan makanan dari penginapan. Kami makan bersama di penginapan tersebut. Malam pertama ini dihabiskan dengan bermain, seperti biasa main kartu capsa dan truff dan penutup dengan bermain monopoli.
Keesokan harinya, dimulai dengan rencana menuju pasar ikan. Kami berjalan cukup jauh ke sisi berlawanan dengan hotel kami untuk mencapai pasar ikan. Namun sayang ketika tiba di sana pasar sudah tidak terlalu ramai sehingga hanya tinggal beberapa pedagang saja. Akhirnya kami memutuskan membeli 2 ekor ikan dan membawanya pulang ke penginapan untuk di bakar. Karna cuaca sangat terik maka kami memilih menaiki angkot dengan menyewa angkot tersebut hingga sampai di penginapan. Kami meminta pada restoran penginapan untuk membakar ikan tersebut. Sambil menunggu ikan tersebut di bakar, kami mulai memasak nasi, dan tiba-tiba Jaka dan Lontong berinisiatif untuk mengambil kelapa muda sebagai minuman kami. Lebih dari 10 kelapa muda diambil dari pohon kelapa terdekat. Kemudia kelapa muda tersebut di buka di teras penginapan kami, hingga akhirnya menjadi sangat kotor teras kami. Setelah ikan matang kami mulai makan siang kemudian bersiap siap untuk pergi ke Pasir Putih dan Penangkaran Penyu.
Dengan menyewa ojek 8 buah (@Rp 55.000,-) kami mulai berangkat mengitari pantai untuk menuju sisi pantai yang terletak cukup jauh, jalan yang ditempuh cukup rumit dan licin. Belum adanya jalan yang baik yang dapat mengakomodasi mobil pribadi membuat perjalanan ini menjadi sedikit mengkhawatirkan dan kurang aman. Setelah kurang lebih 30 menit akhirnya kami berhenti di tepi hutan yang ternyata disana terdapat jalan kecil untuk menuju pasir putih tersebut. Dan benar saja ketika kami pertama melihat hamparan pasir putih itu sungguh pemandangan yang luar biasa, ketegangan akibat perjalanan menjadi hilang seketika. Pantai itu serasa milik kami sendiri karna disana hanya ada kami berdelapan. Tebalnya hamparan pasir dan deru ombak sungguh terasa. Meski terik matahari namun tidak mengurungkan niat kami untuk tetap bermain di tepi pantai itu.
Akhirnya setelah satu jam lebih dan mulai merasa bosan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Penangkaran penyu. Ketika akan pulang tanpa sengaja beberapa orang menyadari bahwa hamparan awan ada yang membentuk hati. Sayangya di Penangkaran penyu tersebut sedang tidak akan melakukan pelepasan penyu, biasanya setiap pukul 5 sore dilakukan pelepasan penyu ke laut dan pukul 8 malam penetasan telur penyu. Namun sayang ketika hari itu tidak ada pelepasan penyu. Akhirnya kami memutuskan kembali ke penginapan. Sekembalinya di penginapan kami bermain di pantai depan penginapan kami sembari menunggu giliran mandi.
Malam kami habiskan dengan makan malam bersama di hotel, dengan lauk Indomie goreng, nasi dan sisa ikan tadi siang. Malam itu kami cukup kelelahan beberapa tetap bermain beberapa hanya tidur-tiduran dan mengobrol. Dodhy terkena masuk angin sehingga ia cepat cepat beristirahat, kami semua mulai merasakan rasa terbakar di kulit akibat bermain di pantai. Esok paginya sesuai dengan janji dengan supir angkot yang akan membawa kami menuju tempat Elep yaitu pukul 10, kami segera bersiap siap dan secepatnya sarapan, sarapan kami sama seperti tadi malam yaitu Indomie Goreng ala Chef Jaka. Setelah semua selesai dan kami telah check out dari hotel akhirnya perjalanan pulang dimulai.
Perjalanan dimulai dengan angkot kemudia kami berganti dengan Elep. Ternyata kami tidak menaiki Elep yang sama dengan kemarin karna supirnya berhalangan maka ia digantikan dengan temannya. Saat perjalanan pulang inilah sakit punggung yang sudah lama aku derita mulai kambuh dan semakin mencapai puncaknya. Sekuat tenaga aku berusaha menahan rasa nyeri yang ternyata penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Perjalanan dengan Elep tidak jauh berbeda dengan ketika berangkat, kami diantar hingga terminal bus sukabumi, sebelum kembali ke Bandung kami menyempatkan diri makan di sekitar terminal tersebut. Kemudian kami naik bus menuju Bandung. Kurang lebih pukul 19.00 kami sampai di terminal Leuwi Panjang, yang berarti berakhir sudah perjalanan liburan kami di Ujung Genteng. Aku dan kelima temanku kembali ke Ciumbuleuit dengan menyewa angkutan karna hari telah malam. Inilah sebuah pengalaman yang sangat berharga dan sangat berkesan bagiku.
Meski ini bukan perjalanan yang mewah namun sarat dengan pengalaman yang indah. Kebersamaan, keceriaan, suka dan duka yang tak akan pernah terasa sama akan menjadi kenangan indah yang terukhir di hati. Terima kasih teman-teman kalian telah memberikan perpisahan yang sangat berkesan bagiku. Disana t’lah kutinggalkan segala duka dan sedihku akan semua yang terjadi selama aku menyelesaikan study ku termasuk rasa kehilanganku tlah kulabuhkan di tepi pantai itu agar aku dapat melupakannya dan memulai hidupku yang baru.